Titik Terendah

Titik Terendah

Loading

Ngkiong.com – Manusia adalah makhluk hidup yang diciptakan Tuhan dengan sangat sempurna jika dibandingkan dengan ciptaan Tuhan lainnya. Manusia memiliki kemuliaan melalui akal budi yang membuatnya berbeda dengan makhluk hidup lainnya.

Manusia merupakan makhluk yang sangat istimewa di mata Tuhan sehingga Tuhan memandatkan kuasa-Nya kepada manusia untuk menguasai segala jenis tumbuhan dan hewan, baik di laut, darat,  maupun di udara (baca Kejadian 1:28). Namun, di balik kesempurnaan dan kuasa itu, hidup manusia tak lepas dari cobaan hidup yang datang silih berganti, bahkan mengalami frustasi.

Dalam menjalani aktivitas sehari-hari sering kali perasaan manusia dialiri beragam rasa, mulai dari rasa senang, sedih, kecewa, amarah, dan lain sebagainya.

Senang karena Tuhan masih memberikan kesempatan untuk tetap hidup dan menikmati alam ciptaan-Nya. Sedih karena mengalami hal buruk, atau sedih karena selalu membuat orang-orang terdekat  kita merasa disakiti. Kecewa karena ada teman yang tidak membayar arisan tepat waktu atau ada teman yang tak kunjung bayar utang melewati hari dan tanggal yang telah disepakati. 

Baca Juga: Belajar Loyalitas dari Kons Mbete

Hal semacam ini akan sangat mengganggu konsentrasi dan pikiran individu dalam menjalani aktivitasnya. Dan masih banyak hal lainnya, tergantung pada konteks yang dialami oleh setiap orang.

Setiap orang pasti ingin menjalani hidupnya tanpa beban dan penuh suka cita. Namun, ekspektasi itu kadang tidak sesuai dengan realita yang ada. Karena hal semacam ini sebetulnya telah menjadi hakikat hidup manusia yang sudah melekat di kehidupan sosial masyarakat.

Sesukses apa pun seseorang pasti pernah mengalami titik terendah dalam hidupnya. Titik terendah yang penulis maksudkan adalah sebuah fase hidup saat manusia  mengalami kondisi tidak aman.  Entah karena dicaci maki, tidak dihiraukan oleh sahabat atau keluarga, urusan pekerjaan tidak beres, percintaan, dan pelbagai masalah lainnya.

Dalam kondisi ini perasaan yang dominan muncul adalah perasaan negatif seperti gelisah, sedih, beban, merasa tidak berguna dan kehilangan rasa percaya diri yang berdampak buruk terhadap perkembangan psikologi. Perilaku akan berubah dari biasanya. Pikiran rasanya sulit berdamai dengan keadaan, merasa kebingungan, merasa kehilangan jati diri bahkan sampai merasa lelah menjalani hidup.

Baca Juga: Di Indonesia Banyak Orang Baik

Dalam fase ini tak jarang manusia sering mengutuk diri sendiri, menyesal, bahkan sampai muncul niat untuk mengakhiri hidup. Pada tahap ini tingkat hormon krotisol (hormon stres) tidak bisa dibendung sehingga berdampak pada emosi yang tidak stabil.

Hidup memang tak semudah membalikkan telapak tangan atau memberikan ucapan ‘I love You’ kepada kekasih, namun hidup perlu tetap diperjuangkan.

Sekuat apapun seseorang pasti pernah mengalami fase hidup di titik terendah. Pada titik terendah manusia akan diuji, baik kesabaran, kesetiaan, keberanian, keimanan, maupun keseluruhan diri yang sudah melekat kuat. Semuanya tergoncang dan hanyut dalam gelapnya pikiran.

Penulis sendiri pernah mengalami titik terendah dalam hidup. Timbulnya pun bukan hanya satu kali. Hal semacam ini sudah lumrah terjadi dalam kehidupan penulis. Titik terendah muncul ketika tidak dihargai, merasa dihina, di-bully dan macam-macam bentuknya. Namun, Tuhan masih menyayangi penulis karena tidak berlarut dan hanyut di fase titik terendah serta tidak sempat berpikiran untuk menghakiri hidup dengan cara yang tragis. 

Baca Juga: Refleksi Tahun 2020 dan Lahirnya Ngkiong

Penulis merasa bersyukur karena Tuhan masih memberikan peluang untuk hidup. Hingga pada saat menulis ide ini, penulis sempat berpikir apakah titik terendah ini masih akan datang lagi atau tidak. Jawabannya masih menjadi teka teki, hanya Tuhan yang tahu. Karena sesungguhnya fase titik terendah akan selalu muncul, tetapi kita tidak tau kapan datangnya. Bisa saja saat di jalan, di sekolah, tempat kerja, atau di mana pun kita berada. 

Untuk melewati fase hidup di titik terendah, memang tidak sulit. Dibutuhkan energi positif, seperti siraman rohani dan motivasi luar biasa dari orang-orang terdekat.

Bagi orang yang pernah mengalami fase hidup seperti ini, pasti memiliki cara tersendiri untuk menghadapinya. Ada orang menghadapi fase ini dengan cara menangis, meluapkan segala emosi yang ada dalam hati dan perasaannya. Selain itu, meminum minuman keras, mencurahkan segala keluh kesahnya kepada teman terdekat, dan berdoa agar Tuhan memberikan jalan terbaik untuk masalah yang di hadapinya.

Baca Juga: Orang-orang Bertopeng

Titik Terendah
Foto : Dokumen Grid.ID

Agama: Jalan Menuju Damai

Agama memiliki andil yang krusial bagi kehidupan manusia. Tokoh psikoanalisis Sigmun Freud berpendapat bahwa agama adalah jawaban untuk berlindung di balik rasa frustasi. Rasa frustasi  secara efektif dapat diredam dengan cara beragama dan berperilaku religius. Dengan kata lain, agama sebagai sarana meredam frustasi yang dialami dalam kehidupan sehari-hari manusia.

Pada Tuhan manusia membutuhkan jawaban atas kegelisahan yang dialaminya. Melepaskan segala penat, ketegangan dan rasa frustasi yang dialami. Hal ini diyakini bahwa dengan memohon pengampunan kepada Tuhan, segala beban dan rasa frustasi dapat diobati. Dengan demikian ketika terlepas dari rasa frustasi itu, ia akan mengalami kedamaian, ketenangan batin, dan merasakan kebahagiaan.

Kendati demikian, masih banyak orang ketika berada di titik terendah terus berlarut bahkan berujung pada gangguan jiwa. Penulis menyarankan bagi orang yang membaca ini, agar tidak memilih jalan yang berujung maut ketika berada di titik terendah. Karena masih ada banyak cara lain untuk menyelesaikan masalah. Pada hakikatnya tidak ada badai yang tidak berlalu. Yakinlah Tuhan pasti ada untuk kita.

Baca Juga: Saung Ndusuk dan Betong; Riwayatmu Kini

Teruslah berdoa, karena dalam Tuhan ada jalan menuju kedamaian dan mengucap syukurlah dalam segala hal (baca Tesalonika 5:17-18). Tuhan selalu ada untuk kita, mungkin kita yang tidak selalu ada untuk Tuhan. *

Oleh: Juito Ndasung*

Bagikan Artikel ini

2 thoughts on “Titik Terendah

  1. Reply
    Tito Iksan
    21/01/2021 at 10:14 pm

    Mantrap Pak Ito, di titik ini kadang kita mau menggantinya dengan koma, tapi lemah. 👍👍👍

    1. Reply
      Juito
      21/01/2021 at 10:58 pm

      Itu sdh tuang. Pasti pernah alami iw😁

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Google Analytics Stats

generated by GAINWP