Jeda Sejenak

Jeda Sejenak

Loading

Ngkiong.com – Air merupakan komoditas yang sangat dibutuhkan. Dari fajar hingga senja kita terus menerus dan secara konsisten membutuhkan air!

Kita enggan untuk tidak mandi. Orang yang mandi, parasnya keren. Untuk tampil lebih cantik atau macho, ada yang rutin ke salon untuk facial. Agar tidak mengganggu yang lain, orang pake parfum. Dalam banyak hal dan dalam banyak kesempatan kita menggunakan air. Kita butuh air. Dalam konteks new normal Covid 19 protokol kesehatan, di samping social distance, masker, kita juga harus cuci tangan dengan air!

Kita semua juga tahu bahwa sekitar 60% tubuh kita terdiri dari air; dan dunia umumnya terdiri dari sekitar 71% air. Tidak heran mengapa filsuf seperti Thales (Yunani) mengatakan bahwa air adalah prinsip dasar dari segala sesuatu!

Ini satu penelitian. Dr. Masasaru Emoto dari Jepang membuat satu eksperimen yang mendetail dan mendemonstrasikan kekuatan tersembunyi dari air. Ide Dr. Emoto adalah untuk mengidentifikasi efek dari kata-kata dan pikiran-pikiran, yang negatif maupun positif terhadap air.

Baca Juga: Refleksi Tahun 2020 dan Lahirnya Ngkiong

Apa yang dilakukan adalah dia mendapatkan air dari berbagai sumber dan mengucapkan kata-kata negatif dan positif terhadap masing-masing air dan kemudian membekukannya. Setelah itu, fotografer profesional diminta memotret formasi kristal dalam air itu. Eksperimennya mengungkapkan bahwa ketika kata- kata negatif diucapkan pada air (seperti: “Aku benci kamu“), formasi kristal dari air dalam gambar tampak gelap dan tidak teratur. Tetapi ketika kata-kata positif diucapkan (seperti: “cinta dan penghargaan, gembira“), air itu tampak cerah, indah, dan teratur secara estetis. Dr. Masasaru Emoto menyimpulkan dari eksperimennya bahwa kata-kata dan perasaan-perasaan kita memiliki dampak yang serius terhadap lingkungan kita seperti yang ditunjukkan dalam penelitian ilmiahnya tentang air.

Kata bukanlah kumpulan huruf-huruf semata, tetapi kata itu adalah kekuatan. Secara intrinsik ada daya terkandung dalam satu kata. Kalau intensi satu kata itu negatif, hasilnya juga negatif. Kalau kata itu positif, maka produknya juga positif. Apalagi kalau kata itu disampaikan oleh pribadi tertentu dan dalam satu situasi khusus, kata itu menjadi sangat khusus dengan implikasi resonansi yang sangat tinggi.

Baca Juga: Orang-orang Bertopeng

Pada minggu pesta Pembaptisan Tuhan, kita ingat kembali kalimat saat kita dipermandikan. “Aku mempermandikan engkau.. dalam nama Bapa Putera dan Roh Kudus..” Kata-kata itu tidak lagi menjadi satu rangkaian kalimat biasa. Tetapi kata atau kalimat itu telah menjadi sangat luar biasa. Luar biasanya, karena kata-kata itu merepresentasikan satu figur yang sangat kuat.

Satu pengumuman/ proklamasi bahwa seorang yang dipermandikan (kita yang sudah dipermandikan) adalah orang spesial. Menjadi spesial karena tiga kekuatan Ilahi: Bapa, Putra, dan Roh Kudus (trinitaris) dicurahkan,  menyatu dalam diri seorang manusia yang retak dan ringkih dosa.

Kemanusiaan kita diangkat oleh rahmat sakramen permandian dan menjadi manusia ilahi; orangnya Tuhan (alter christi). Ada cap ilahi pada diri kita masing-masing. Konsekuensinya: ke mana kita pergi; kita pergi bersama Tuhan; di mana saja kita berada, kita berada bersama Tuhan.

Baca Juga:Di Indonesia Banyak Orang Baik

Kita menghadirkan wajah Allah itu (Imago Dei/ Image of God) dan mewartakan Allah Yang Mengasihi dalam hidup tiap hari: di keluarga dan di komunitas. “Neka jogot kaeng golo, neka ragha sa natah: le-le, pande res/ lau-lau pande ra’um/, awo-awo pande raos/, sale-sale pande raes”

Ingatlah filosofi air: ke mana air mengalir selalu ada kehidupan!*

Penulis: Wilfrid Babun, Seorang Imam SVD di Keuskupan Ruteng, Pendiri Taman Baca Masyarakat Kompak Le Nuk Manggarai Barat, dan Pegiat Literasi. Tinggal di Biara St. Yoseph Ruteng.

Bagikan Artikel ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Google Analytics Stats

generated by GAINWP