Serundeng, Kuliner Bintang yang Kalah Bersinar

Serundeng, Kuliner Bintang yang Kalah Bersinar
Foto: Dokumen Pribadi Penulis

Loading

Ngkiong.com – Hari senin siang tanggal 19 April 2021 mungkin menjadi salah satu momen bersejarah dalam hidup, momen yang mengubah saya serta cara pandang dalam hal makanan. Kisahnya bermula saat saya pulang dari sekolah. Di daerah panas saat pulang rasanya campur aduk, capek, panas, lapar, dan melarat.

Sesekali mengecek Rice Cooker, dan ternyata masih tersisa sedikit nasi, kalimat yang muncul setelahnya adalah makan apa ini hari, sayurnya apa?. Akan sangat menakutkan mendengar kalimat tanya seperti itu dengan situasi tanggal tua seperti sekarang. Sebagai anak kos, saya selalu malas untuk mengurus makan siang, apalagi dengan segala kesibukan seperti membeli sayur dan mengolahnya hingga menjadi makanan yang dapat mencegah penggunaan kaca mata. Entah apa penyebabnya, yang jelas anak kos sering melewatkan kebutuhan lambung saat siang.

Di tengah kegelisahan yang terus menghantui lambung, teman kos datang bak seorang pahlawan, dia mengajak saya makan. Mai ge pande camas (mai kita makan sama-sama), kalimat yang akan selalu ditunggu-tunggu oleh anak kos. Barangkali alasan dia mengajak mungkin karena perawakan saya menggambarkan kondisi lambung yang mengenaskan, menyedihkan dan butuh uluran tangan siang itu.

Baca juga:Kokis Ené

Biasanya, ketika teman kos mengajak salah satu anggota kos untuk makan bersama artinya saat itu dia sedang berada pada level atas. Makanan seperti mie, telur, dan nasi lombok tidak mungkin dihidangkan. Ini akan berada jauh di atas menu tadi, daging, ikan, atau soto pasti menjadi alasan mengapa dia mengajak teman kos untuk makan bersama. Adat Istiadat anak kos salah satunya adalah pemali, merasa malu dan tidak enak hati jika menawarkan makanan yang bisa didapatkan oleh teman kos lain.

Setelah melihat hidangannya, saya begitu tercengang karena yang terlihat di tikar hanya tempat nasi dan toples hitam. Ini pasti prank, pasti ada menu yang dia sembunyikan. Hampir 5 menit saya menunggu dia berdiri untuk mengambil lauk yang lain, yang mungkin di simpan di tas, lemari, atau balik kasur. Namun ternyata memang hanya itulah menu yang dihidangkan. Kami hanya makan nasi dengan serundeng. Siang itu dia benar-benar menjadi penyelamat kami sampai beberapa hari ke depan.

Momen biasa ini yang kemudian mengubah cara berpikir saya tentang serundeng. Sebelumnya, serundeng tidak pernah saya anggap sebagai sebuah makanan. Sebagai salah satu omnifora sejati dan tulen, serundeng semacam hal yang paling dibenci oleh lambung dan mata. Entah karena bentuk dan warna atau bahan-bahannya yang terlampau mahal tetapi salah di olah sehingga ada semacam kekuatan besar yang muncul dari lambung untuk menolak serundeng. Tetapi setelah kejadian yang menyedihkan siang itu, saya akhirnya sadar betapa besar peran serundeng untuk hidup anak kos.

Baca juga:Cerita Seorang Penggemar Sepak Bola

Sebelumya, jika berangkat dari rumah (Ruteng) menuju tempat kerja (kebetulan tempat kerja saya di kabupaten Manggarai Timur) mama selalu menawarkan nana, bawa daging atau serundeng besok? Sebagai seorang guru, pantang bagi saya makan serudeng, guru sama dengan makan enak sama dengan daging. Status guru honor tidak membuat saya jatuh dan bergaul dengan serundeng. Itu adalah pemikiran yang muncul jauh sebelum bermesraan bahkan bergantung pada sosok serundeng.

Hegemoni yang diciptakan oleh menu makan seperti mie atau ikan telah menutup gemerlap bintang dari serundeng. Akan ada momen ketika di meja hidangan ada nasi, sayur, ikan dan serundeng maka dapat dipastikan serundeng tidak diambil. Tidak ada yang tahu alasan mendasarnya, tetapi yang jelas dia selalu dicadangkan ketika ada pertarungan sengit dengan lambung. Padahal serundeng bukanlah makanan biasa, dia punya kelebihan punya keunggulan tetapi selalu dianggap remeh.

Keunggulan pertama adalah dia bisa disimpan untuk waktu yang lama sampai 2 minggu atau mungkin lebih. Kedua, serundeng adalah kombinasi dari ikan dan sayur. Selera makan kita akan berkurang ketika hanya ada sayur, pun sebaliknya ketika makan hanya dengan ikan tanpa ada sayur. Tetapi serundeng tetap bisa dinikmati ada atau tanpa sayur, bahkan yang lebih spesial adalah dia bisa ditambah dengan Lombok. Sesuatu yang jarang terjadi pada menu makanan lain.

Akhir bulan, serundeng bisa menjadi jawaban dari masalah anak kos. Dengan berbagai kesibukan mulai dari pagi hingga siang, akan terasa menyebalkan jika harus masak sayur. Ketika ada serundeng, engkau hanya perlu memastikan bahwa nasi selalu ada di rice cooker. Maka masalah makan siang dengan sendirinya selesai. Serundeng akan menjadi senjata yang ampuh dalam pertarungan melawan lambung. Pertarungan yang sangat sulit sebab lambung akan terlihat agresif dan tidak kompromi pada ahkir bulan.

Namun, setelah momen siang itu, saya akhirnya sadar bahwa serundeng adalah hal yang paling dibutuhkan oleh anak kos. Di hadapan lambung, titel hanyalah omong kosong. Tidak peduli engkau guru atau pelajar, lambung kita tetap sama dan dia harus tetap terisi dengan makanan apapun.

Baca juga:Lambu

Ketika pulang saya akhirnya membawa sesutu yang berharga ke kos, ketika pertanyaannya, nana mau bawa apa, daging atau serundeng? Maka sebagai mahluk yang tidak ingin terlihat egois, saya memilih dua-duanya. Alasan lain karena faktor lambung dan rakus, mau semuanya.*

Oleh : Arsi Juwandy, Redaktur Ngkiong

Bagikan Artikel ini

2 thoughts on “Serundeng, Kuliner Bintang yang Kalah Bersinar

  1. Reply
    Buncit
    20/10/2021 at 9:34 am

    Satu keunggulan dari serundeng,
    tahan lama😅

  2. Reply
    MassLamur
    23/10/2021 at 5:04 pm

    Keren sekali kae guru. Sangat menarik untuk dibaca, karena berangkat dari hal hal yg berada di dekat kita

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Google Analytics Stats

generated by GAINWP